Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
فَأَمَّا مَن طَغَى . وَءَاثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا . فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى . وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى . فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
Artinya : “Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)”. (QS an-Nazi’aat 79: 37-41)
Apa itu ambisius ?. Menurut Cambridge Dictionary, ambisius adalah keinginan kuat untuk menjadi sukses, kuat, atau kaya. Keinginan untuk berhasil dan maju adalah ciri khas ambisi.
Seringkali orang menghabiskan sebagian besar waktu untuk mengasah keahlian dan meneliti solusi atau kemungkinan. Tentunya hal ini baik dalam menyusun dan menjalankan strategi guna mencapai misi dan visinya.
Ia menjadi tidak baik apabila ambius dalam misi mengejar dunia, mengabaikan visi dalam mencapai hidup setelah kematian.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Artinya : “Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung” (QS at-Taghaabun 64: 16)
Orang-orang yang ambisius memberikan penekanan utama pada eksekusi bukan hanya rencana semata. Karena pada akhirnya, rencana tanpa eksekusi adalah sia-sia.
Selama ini, kata ambisius identik dengan perilaku seseorang yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Walau sebenarnya, ambisius memiliki sisi positifnya dalam mencapai tujuan. Namun bila hal tersebut seimbang antara ambisi mengejar dunia dan ambisi mengejar akhirat.
Rasulullah SAW bersabda :
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Artinya : “Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan apa yang diniatkannya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Pesaing terbesar seseorang yang ambisius adalah dirinya sendiri. Mereka mengukur kesuksesan kebajikan hidupnya dengan cara membandingkan dirinya hari ini terhadap dirinya kemarin. Mereka tidak terjebak dengan membandingkan diri sendiri dengan pencapaian kebajikan orang lain.
Melainkan mengintrospeksi diri atas segala kebajikan apa yang telah dicapai, sejauh apa pula kemanfaatan dirinya terhadap lingkungannya.
Ambisius sebenarnya adalah sifat positif jika mampu untuk dikendalikan sehingga menjadikan pribadi seseorang semangat dalam menggapai apa yang menjadi misi dan visinya.
Namun akan menjadi sifat yang merugikan dirinya tatkala sudah ditunggangi oleh hawa nafsu, sehingga akan menjadikan pribadi seorang insan yang tamak. Sifat ini telah diwanti-wanti oleh Rasulullah SAW kepada para sahabatnya 1400 tahun silam.
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ أَنَّ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَادِيَانِ ، وَلَنْ يَمْلأَ فَاهُ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ
Artinya : “Seandainya seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua lembah lainnya, dan sama sekai tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat.” (HR. Bukhari no. 6439 dan Muslim no. 1048)
Sesungguhnya inilah yang akan diterima oleh orang yang tidak bisa mengikis sifat ambisius dalam dirinya, tidak pernah puas akan sesuatu yang Allah telah titipkan padanya.
Sifat ambisius ini akan senantiasa menghinggapi seorang insan meskipun dia dalam keadaan tua. Akan tetapi sifat ini selalu akan menjadi subur dan muda dalam pribadi yang ditungganginya.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلاَ فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِينِهِ
Artinya : “Dua ekor serigala yang lapar kemudian dilepas, menuju seekor kambing, (maka kerusakan yang terjadi pada kambing itu) tidak lebih besar dibandingkan dengan kerusakan pada agama seseorang yang ditimbulkan akibat ambisi terhadap harta dan kehormatan”(HR. Ahmad, Nasa’, Tirmidzi dan Ibnu Hibban)
Hadits ini berisi permisalan yang sangat agung, yaitu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan kerusakan pada dien seorang muslim dengan sebab ambisi terhadap harta dan kehormatan di dunia.
Hal ini mengisyaratkan bahwa orang yang berambisi dengan misi terhadap harta dan kehormatan (dunia) tidak akan selamat dari keutuhan keislamannya, kecuali ia memiliki visi yang kuat dalam menggapai akhiratnya. (h/IT)
SEMOGA BERMANFAAT