Allâh Subhana WaTaala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS Al-Baqarah 2:183)

Sesungguhnya orang-orang yang melaksanakan ibadah puasa akan merasakan nikmatnya puasa saat ia telah menyelesaikan kewajiban dengan baik sesuai perintah yang disyariatkan.

Lebih dari itu, ia akan berbahagia karena kepuasaan batin yang dirasakannya saat ia dapat melaksanakan kewajibannya, ibadah kepada Allah seraya berharap keridhoan-Nya.

Kebahagiaan orang yang berpuasa bermakna bahwa ia menyukai ibadah yang dilakukannya itu, walaupun sulit tapi ia dapat menuntaskannya dengan baik.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ

Artinya :“Puasa itu adalah perisai, jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa, maka janganlah mengucapkan ucapan kotor, dan jangan pula bertindak bodoh. Jika ada seseorang yang mencelanya atau mengganggunya, hendaklah mengucapkan: sesungguhnya aku sedang berpuasa.“(HR. Al Bukhari 1904)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata فَلَا يَرْفُثْ (maka janganglah berkata kotor), yakni janganlah berbicara dengan kata-kata yang buruk; وَلَا يَصْخَبْ (jangan ribut bertengkar), yaitu dengan kata-kata yang menimbulkan fitnah dan pertengkaran. Sebagaimana diterangkan dalam hadits lain.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

Artinya : “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta bahkan mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.”(HR. Al-Bukhariy no.190)

Setiap hamba mengharapkan nikmat bahagia, namun hanya sedikit sekali manusia yang menemukan kebahagiaan sejati. Kebanyakan manusia terjebak pada pusaran kebahagiaan palsu yang berujung pada kesengsaraan.

Sesungguhnya, kebahagiaan itu lahir dari kenikmatan yang ia rasakan saat ia diberikan kekuatan untuk melaksakan salah satu ibadah kepada Allah Ta’ala.

Kebahagiaan itu adalah tanda keimanan yang terpancar dalam hatinya, kesadaran yang dalam atas kebutuhannya terhadap ketaatan yang dapat mengangkat derajatnya. Ini adalah hakikat kebahagian orang yang beriman.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلْيَـفْرَحُوْا ۗ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ

Artinya : “Katakanlah (Muhammad), “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus 10: 58)

Setiap orangnya ingin meraih kebahagiaan, karena kebahagian itu adalah cita-cita. Tidak ada manusia yang ingin bersedih, sengsara dan hidup dalam kegalauan. Siapa pun, akan berusaha mencari kebahagian itu, walaupun harus didahului kesengsaraan dan kesulitan.

Dalam berpuasa ada dua kegembiraan, yaitu yang pertama adalah kegembiraan ketika berbuka puasa dan yang kedua adalah kegembiraan ketika kelak bisa bertemu dengan Allah SWT.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: ” يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: الصَّوْمُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَأَكْلَهُ وَشُرْبَهُ مِنْ أَجْلِي، وَالصَّوْمُ جُنَّةٌ، وَلِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ حِينَ يُفْطِرُ، وَفَرْحَةٌ حِينَ يَلْقَى رَبَّهُ، وَلَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ المِسْكِ “.

Artinya : Dari Abu Hurairah, dari Nabi Muhammad saw., beliau bersabda: Allah Yang Maha Agung dan Maha Tinggi berfirman: “Puasa itu adalah untuk Aku. Aku sendiri yang akan membalas puasa itu. Puasa telah menyebabkan (hamba-Ku) meninggalkan syahwatmu, makanan dan minumannya demi Aku. Puasa itu adalah perisai.

Seseorang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan, kesenangan, dan kebahagiaan pada dua waktu, yaitu waktu berpuka puasa, dan waku dia akan bertemu dengan Allah di akhirat kelak. Sungguh bau mulut seorang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada harumnya minyak kesturi. (HR. Bukhari).

Kegembiraan bagi orang berpuasa adalah pertama saat berbuka puasa, apalagi berbuka puasa bersama, hal itu menjadi kesenangan tersendiri bagi yang berpuasa.

Kesenangan itu bukan semata-mata karena makanannya yang beraneka macam, yang mengundang selera, tapi kesenangan karena kita bersyukur bahwa kita bisa melaksanakan ketaatan kepada Allah dalam wujud melaksanakan kewajiban berpuasa.

Itulah sesungguhnya balasan pahala yang dijanjikan oleh Allah Ta’ala kepada orang-orang yang berpuasa, pahala yang sangat luar biasa.

Orang yang berpuasa mendapatkan kegembiraan dunia, karena dia telah melaksanakan ibadah puasa dengan ikhlas. Dia juga akan memperoleh kegembiraan di akhirat ketika akan bertemu dengan Tuhannya. (h/TI)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *